Pages

Selasa, 21 Agustus 2012

Kuala Lumpur

Kuala Lumpur


Kuala Lumpur (sering disingkat KL), atau nama lengkapnya Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, adalah ibu kota dan kota terbesar di Malaysia. Kawasan Wilayah Persekutuan meliputi wilayah seluas 244 km² (94 mil²), diperkirakan dihuni oleh sekitar 1,6 juta penduduk pada tahun 2006.[2] Kuala Lumpur Raya, juga dikenal sebagai Lembah Kelang, memiliki jumlah penduduk sebesar 7,2 juta jiwa.[3] Kuala Lumpur merupakan wilayah metropolitan dengan pertumbuhan paling pesat di Malaysia, baik dalam jumlah penduduk maupun ekonomi.[4]
Di Kuala Lumpur berdiri Parlemen Malaysia. Kota ini juga pernah menjadi lokasi kantor pemerintahan eksekutif dan kehakiman, yang telah pindah ke Putrajaya sejak tahun 1999.[5] Namun, beberapa kantor cabang kehakiman masih berdiri di kota ini. Kediaman resmi Yang di-Pertuan Agong, yaitu Istana Negara, berada di Kuala Lumpur. Kota ini juga merupakan pusat kebudayaan dan ekonomi Malaysia kerana kedudukannya sebagai ibu kota dan kota utama.[6] Globalization and World Cities Study Group and Network (GaWC) menilai Kuala Lumpur sebagai sebuah kota global alfa.[7]
Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur adalah salah satu dari tiga buah Wilayah Persekutuan Malaysia, dan juga sebuah enklaf dalam negeri Selangor, di pantai barat tengah Semenanjung Malaysia.[8]
Sejak tahun 1990-an, kota ini telah menjadi tuan rumah dari berbagai acara olahraga, politik, dan kebudayaan internasional, seperti Commonwealth Games 1998 dan Formula Satu.[9] Selain itu, di Kuala Lumpur berdiri menara kembar tertinggi di dunia, yaitu Menara Kembar Petronas.[10]
Kuala Lumpur dihubungkan dengan dunia luar oleh dua bandar udara, yaitu Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur di Sepang dan Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah di Subang.

Sejarah

Sejarah modern Kuala Lumpur dimulai pada tahun 1850-an, ketika Raja Abdullah[11] membayar buruh Cina untuk membuka tambang timah yang baru dan lebih besar.[12] Mereka tiba di muara Sungai Gombak dan Sungai Klang untuk membuka tambang di Ampang.[12]
Tambang-tambang ini berkembang menjadi kawasan perdagangan yang semakin diterima sebagai kota perbatasan. Banyak kemelut yang dialami Kuala Lumpur, seperti Perang Saudara Selangor, wabah penyakit, kebakaran, dan banjir.[12] Sekitar tahun 1870-an, Kapitan Cina Kuala Lumpur, Yap Ah Loy, menjadi pemimpin yang bertanggungjawab atas pertahanan dan pertumbuhan kota ini ini. Ia mulai membangun Kuala Lumpur dari sebuah tempat kecil yang tidak dikenal menjadi kota pertambangan dengan ekonomi aktif.[13] Pada tahun 1880, ibukota Selangor dipindah dari Klang ke Kuala Lumpur yang jauh lebih strategis.[14]
Pada tahun 1881, kebakaran dan banjir menghancurkan struktur kayu dan atap Kuala Lumpur. Residen Inggris di Selangor, Frank Swettenham, bertindak dengan mewajibkan semua bangunan dibangun dari batu bata dan ubin saja.[14] Kebanyakan bangunan baru menyerupai rumah toko di Cina Selatan, dengan ciri "kaki lima". Transportasi ke kota ini dipermudah dengan pembangunan jalur kereta api. Pembangunan semakin pesat pada tahun 1890-an, sehingga didirikan sebuah Lembaga Kebersihan (Sanitary Board). Pada tahun 1896, Kuala Lumpur dipilih sebagai ibukota "Negeri-Negeri Melayu Bersekutu" yang baru.[15]

Tentara Jepang membersihkan jalanan Kuala Lumpur selama Perang Dunia II.
Berbagai komunitas datang menetap di Kuala Lumpur. Kaum Cina menetap di sekitar pusat perdagangan Medan Pasar di sebelah timur Sungai Klang. Orang Melayu, Chettiar, dan India Muslim menetap di sepanjang Java Street (kini Jalan Tun Perak). Lapangan yang kini dikenal sebagai Lapangan Merdeka, merupakan pusat kantor pemerintahan Inggris.[12]
Pada masa Perang Dunia Kedua, Kuala Lumpur dikuasai oleh tentara Jepang dari 11 Januari 1942 hinggga 15 Oktober 1945.[16] Pada tahun 1957, Federasi Malaya berhasil meraih kemerdekaan dari Britania Raya, dan Kuala Lumpur dipilih menjadi ibukota.[17] Setelah pembentukan Malaysia pada 16 September 1963, kota ini juga dipilih sebagai ibukota negara.
Kota ini menjadi saksi dari kerusuhan etnis yang meletus antara orang Melayu dengan orang Cina pada tanggal 13 Mei 1969.[18] Kerusuhan ini disebabkan oleh ketidakpuasan orang Melayu terhadap keadaan sosio-politik mereka saat itu. Kerusuhan 13 Mei menewaskan sekitar 196 jiwa,[18] dan memicu perubahan kebijakan ekonomi negara.
Kuala Lumpur memperoleh status kota pada tahun 1972,[19] menjadikannya pemukiman pertama di Malaysia yang mendapatkan status tersebut sejak kemerdekaan. Pada 1 Februari 1974, Kuala Lumpur menjadi Wilayah Persekutuan,[20] sehingga ibukota Selangor dipindah ke Shah Alam pada tahun 1978.[21]
Pada tahun 1998, sebuah gerakan politik yang dikenal sebagai "Reformasi" berlangsung di kota ini.[22] Gerakan ini disebabkan oleh pemecatan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Pendukung Anwar turun ke jalan dan meminta reformasi di tubuh pemerintahan.[22]
Putrajaya dinyatakan sebagai Wilayah Persekutuan dan pusat pemerintahan Malaysia pada tanggal 1 Februari 2001.[23] Fungsi-fungsi eksekutif dan yudikatif dipindah dari Kuala Lumpur ke Putrajaya. Namun, Parlemen Malaysia dan kediaman resmi Yang di-Pertuan Agong masih berada di Kuala Lumpur.[24][25]

[sunting] Geografi

Geografi Kuala Lumpur berciri lembah besar yang dikenal sebagai Lembah Klang yang berbatasan dengan Pegunungan Titiwangsa di timur, beberapa pegunungan kecil di utara dan selatan, dan Selat Malaka di barat. Kuala Lumpur terletak di muara antara Sungai Klang dan Gombak.[26]
Terletak di tengah-tengah negeri Selangor, Kuala Lumpur pernah berada di bawah pemerintahan Selangor. Pada tahun 1974, Kuala Lumpur dipisah untuk membentuk Wilayah Persekutuan pertama yang diatur secara langsung oleh Pemerintah Federasi Malaysia.
Luas wilayah kota ini adalah 24.365 km² (9,407 mil²), dengan rata-rata ketinggian sebesar 2.195 m (7,200 kaki).

[sunting] Iklim dan cuaca

Terlindung oleh Pegunungan Titiwangsa di timur dan pulau Sumatra, Indonesia, di barat, Kuala Lumpur memiliki iklim hutan hujan tropis (klasifikasi iklim Köppen Af) yang hangat dan cerah, dengan curah hujan yang lebat sepanjang tahun, terutama pada musim muson timur laut dari bulan Oktober hingga Maret. Suhu kota ini cenderung konstan, dengan titik maksimum sekitar 31 hingga 33 °C (88 hingga 91 °F) dan tidak pernah melampaui 37 °C (99 °F), sementara titik minimum sebesar 22 hingga 23,5 °C (72 hingga 74 °F) dan tidak pernah kurang dari 19 °C (66 °F). Kuala Lumpur setiap tahunnya menerima curah hujan sebesar 2.266 mm (89.2 in); bulan Juni dan Juli relatif kering, namun demikian, curah hujan biasanya melebihi 125 mm (5 in) sebulan.
Banjir sering terjadi di Kuala Lumpur ketika turun hujan deras, khususnya di pusat kota dan wilayah hilir.[27] Terkadang, wilayah Kuala Lumpur dan sekitarnya tercemar oleh abu yang berasal dari kebakaran hutan di Sumatra. Debu tersebut merupakan penyebab polusi utama di kota ini, yang diperburuk oleh pembakaran emisi dari kendaraan bermotor dan proses konstruksi.[28]

0 komentar:

Posting Komentar